Aku yakin kau pernah mengalami kejadian macam ini, ketika kau bergerak tanpa komando, semacam kedip mata, gerak denyut
jantung, atau peristaltik lambung, mungkin simpelnya jika kutanyakan, pasti kau
pernah menginjak atau menyentuh sesuatu yang tak kau suka kemudian secara
mengejutkan tanpa disuruh bagian tubuhmu itu akan bergerak menjauh? Itulah
refleks.
Istilah ini sudah cukup kuketahui dalam pelajaran
sekolah. Namun kejadian ini masih tak kuketahui sebagai bagian dari refleks
atau bukan, karena sebuah momentum tarikan yang menjadi sebuah pelukan tanpa
ada tekanan sebelumnya dari manapun, selain mungkin hasrat itu sendiri terjadi,
apakah ini juga dinamai refleks?.
Tak ada aba-aba dan peringatan, tanganku bergerak lebih
cepat dari apa yang kupikirkan. mereka entah karena alasan apa sudah merengkuh
dia. orang itu. membawanya ke dalam pelukanku, bersamaan dengan meningkatnya
panas tubuh dan debar jantungku. Mukakku? Aku yakin sudah meleleh dan melepuh
saking panasnya, tapi tak bisa kukendalikan rangka tubuhku ini untuk mundur,
minta maaf, mengucap sesal dan menyesali tindakan mengejutkan ini.
Tak ada yang mau kuajak bekerja sama untuk menghentikan
tragedi gila ini. Semua bersikap seenaknya. Debar jantung, aliran darah, panas
tubuh, dan lengan-lenganku. Bahkan otakku sepertinya macet dan menolak untuk
berpikir.
Hanya saja, bagian kecil dari diriku yang kini makin
besar mendapatkan momen untuk tambah sesukaku
yang kini makin dalam menyuruk menuju dadanya yang hangat. Kupikir dia
pasti sangat marah, atau mungkin semakin hilang respeknya terhadapku, namun
alih-alih memikirkan hal buruk seperti diomeli atau diabaikan olehnya, aku
hanya terdiam menikmati waktu yang terpaksa mengalir perlahan demi momen kami
ini.
Dan aku sadar betul saat merasakan tangannya balas
menyentuh pelan rambutku, untuk kemudian akhirnya menggunakkannya maksimal mendekapku
ke arahnya. Kutahu ledakkan kembang api hari ini semakin besar dan menyilaukan.
Aku merasa sedang mabuk, tapi ini menyenangkan.
Tuhan...!.
Wangi tubuhnya membuat debar jantungku makin tak
beraturan, membuatku sedikit sesak layaknya orang asma. Bedanya ini adalah
kesesakkan yang membuat nyaman. Baru kutahu sekarang mengapa banyak orang dalam
adegan film romantis atau sedih selalu menambahkan adegan pelukan di dalamnya.
ternyata efeknya bisa seperti ini, rasanya tepat berada dalam jangkauan
terdekatnya, mengetahui ia pun menerimaku, dan mendengarkan degup jantungnya
dari dekat. Yang kini sama kencangnya seperti milikku. Untuk beberapa
pertanyaan yang memenuhi kepalaku mengenai dirinya masih saja sulit kudapatkan
jawabannya, namun satu hal ini menjadi amat pasti setelah sekian lama
menghabiskan waktu tanpa bersinggungan dengan dia, ataupun kabar darinya.
Aku tak sanggup berada jauh dari jangkauannya.
0 komentar:
Posting Komentar
leave your footprint here ;)