Fakta bahwa
gua udah jatuh hati sama drama Reply 1997
memang sudah tak terbantahkan lagi, gua
sepenuhnya jatuh hati sama kisah itu, tanpa tahu malu berharap gua
adalah Kang Shi Won, dan berdoa semoga ada Yoo Yoon Jae yang disiapkan tuhan
buat gua.
One thing that
i want to mention today here is, ada satu episode favorite gua di drama ini,
selain episode terakhir tentu saja.
Ini adalah
episode 13.
Bukan karena
berhubungan dengan malam meninggalnya bapak gua, -itu hanya kebetulan saja-
saat itu gua memang sedang menonton episode 13.
Lantas kenapa?
Apa yang membuat gua memilih nomor 13 sebagai episode favorit?.
Well
then,karena gua bukanlah seorang pencerita yang baik, sepertinya gua harus
membuat list kenapa gua menjadikan episode ini sebagai favorit
So here i
show you some reasons :
Tak tahu apa
gerangan yang membuat orang belakangan hobi bikin cerita dengan latar belakang
cafe kopi, bukan warung kopi, apalagi warung burjo. Mau adegan mengobrol doang
lah, adegan galau sambil melihat rinai hujan, atau adegan mengetik draft novel
dan skripsi pun di coffee shop. Perkara itu mungkin berhubungan dengan faktor
“keren” dan efek “gahul banget kayanya
kalo sudah kelihatan pegang gelas bermerk franchise coffee shop merk anu” yang
dikesankan dan dipercayai orang.
Menurut
hemat gua sebagai pemegang keyakinan bahwa harga segelas kopi itu tidak boleh lebih
dari harga segelas susu, maka coffee shop yang menjamur belakangan ini adalah
penipuan dan konspirasi tingkat tinggi yang dilakukan oleh pedagang kopi dan
pencipta trend. Bagaimana serbuk-serbuk hitam dengan kandungan kafein itu bisa
merampok isi dompet manusia dan harga dirinya hanya demi sesuatu bernama
gengsi?!.
Oke, enough
dengan OOT-nya, lepas dari perkara itu, kembali lagi ke tema awal bahwa Shi Won,
setelah sekian tahun berpisah dengan Yoon Jae, akhirnya dengan tangan tuhan,
atau bolehlah kita sebut dengan takdir, bertemu lagi di sebuah Coffe Shop, Yoon
Jae yang mengantri di belakang Shi Won tak sadar kalau wanita di depannya itu
adalah crush seumur hidupnya. Shi Won
mendengar suara Yoon Jae, ia menengok ke arah suara lelaki yang tengah memesan
segelas Iced Caramel Mocha, dengan banyak Whipped Cream di atasnya. Kemudian
mengalunlah musik yang menarik mereka kembali ke masa lalu. Dan memutar satu
per satu kenangan di antara mereka.
Kejadian
pertemuan tak sengaja itu membuat mereka berdua akhirnya duduk berdua dan
mengobrol basa-basi. Sampai Shi Won bertanya hal sensitif kepada Yoon Jae : “Kau
sudah punya kekasih?”. Dalam kekalutannya, Yoon Jae, yang masih menyimpan suka
namun berusaha melupakan perasaannya pada Shi Won inipun refleks berbohong
kalau dia punya kekasih. Shi Won dengan ekspresi datar berkata “Benarkah? Kamu
bertemu dengannya di kampus?”. Yoon Jae masih melanjutkan kebohongannya dengan
mengatakan kalau mereka bertemu belum lama ini. Shi Won mengangguk seakan paham,
dengan ekspresi sulit ditebak kemudian santai saja la mengambil handphone
flipnya dan menelepon seseorang. Kang Jun Hee menjawab dari seberang sana. Shi
Won langsung to the point menanyakan perihal
kekasih Yoon Jae. Lelaki di hadapan Shi Won, yang merasa bersalah
berbohong pada Shi Won langsung cemas melihat perubahan air muka Shi Won,
kemudian tergagap dan meralat jawabannya.
“Teman. . .
Teman Perempuan. . . kau tahu kan maksudku?”.
Lalu Shi Won
dengan tersenyum dingin menjawab
“Teman? ”
Yoon Jae
antusias melihat senyum Shi Won, tak sadar sesaat lagi dia akan dijatuhi karma
yang disimpanlangit dan jatuh padanya hari itu.
Kemudian
munculah kalimat yang pernah diucapkan dulu oleh Yoon Jae kepada Shi Won.
Shi Won
melanjutkan kalimatnya untuk Yoon Jae
“. . Ffriends? . .
Are you kidding me?!”. Kemudian
dengan ringan mengambil gelas kopinya dan meminumnya dengan senyum penuh kemenangan menyaksikan Yoon Jae menelan pil
pahit.
Kita tak
pernah mendapat porsi adegan dimana Yoo Jung diperlihatkan tengah bersama
ayahnya, namun tahu-tahu ada berita ayah Yoo Jung meninggal, dan kawan-kawannya
secara otomatis kembali ke Busan untuk melayat. Maka pemakaman ayah Yoo Jung
adalah momen reuni mereka minus Hak Chan. Tak lama mengobrol, Yoo Jung menyarankan
kawan-kawannya untuk segera pulang karena orang tua mereka pasti menunggu.
Shi Won
menimpali mereka bisa pulang nanti, dan bilang akan pulang setelah Yoo Jung
selelsai makan.
Dalam pada
itu, Yoo Jung berkata
“Bersikap
baiklah pada orang tuamu selagi kamu bisa”.
Itu adalah
kalimat pembuka dari luapan kesedihan dan penyesalan Yoo Jung terhadap mendiang
ayahnya selama beliau masih hidup. Ia mengisahkan Ketika ayahnya masih hidup
dia bahkan sering marah jika ditelepon untuk ditanyai kabarnya, dalam tangis
yang ditahannya Yoo Jung berkata “Aku tak mengerti kenapa aku bisa merasa
terganggu oleh sikap beliau dan mengabaikannya”.
“Tahukah
kalian apa yang dikatakannya ketika aku menengoknya yang sudah berbaring tak
berdaya?”
“Dia bahkan
tak mampu bernafas dengan baik, tapi dia bilang pergilah,
“ Aku
baik-baik saja”
Dan pecahlah
tangisnya.
Juga
mengalirlah air mata gua sebagai penonton yang cengeng dan mudah terpancing
untuk nangis. Mungkin gua memang
terlahir untuk menangisi adegan di layar kaca.
Entah
disadari atau tidak, kadang ada beberapa masa pemberontakan seorang anak, saat menolak
berhubungan dengan orang tua, tak suka diurusi, dan marah jika orang tuanya
mencampuri urusannya. Termasuk gua di dalamnya. Penyesalah Yoo jung disini akan
sikapnya pada ayahnya selama ini bagi gua cukup representatif bagi pemirsa
untuk mengingatkan kita, bahwa orang tua tetaplah orang tua, dan tak bisa
digantikan dengan segelas es cendol.
Selesai dari
funeral ayah Yoo Jung, Shi Won, Jun Hee, dan Yoon Jae berdiri di luar gedung
menunggu taksi. Yang tak jadi, karena ternyata orang tua Shi Won berniat
menjemput mereka. Mereka mengobrol mengenai ayah Yoo Jung, Yoon Jae berkisah
mengenai rasa irinya pada yang lain karena mereka punya kenangan tentang orang
tuanya, sedangkan ia tidak punya kenangan apapun yang tersisa tentang orang tuanya
kecuali rasa rindu pada keduanya.
Tak lama
kemudian Jun Hee berlalu dengan Sung Jae
Yoon Jae
mengeluarkan sebatang rokok berniat
merokok. Shi Won yang melihatnya langsung meradang. Mengomelinya dan
menyita rokoknya. Sampai akhirnya mumcul kedua orang tua Shi Won dengan ibu di
belakang kemudi.
Shi Won mengomeli
ayahnya yang notabene pernah terkena kanker perut tapi masih minum-minum, ia yang
mencenaskan kesehatan ayahnya langsung mencopot blazer hitam yang dikenakannya
dan memberikan pada ayahnya. Ia lupa satu benda masih ada di saku blazer itu.
Handphone Shi
Won berdering, ayahnya yang tengah mencari letak handphone tersebut di saku
anaknya, malah mendapati sebungkus rokok di dalam saku blazer anaknya. Wajahnya
seketika memerah bersiap muntab. Tanpa aba-aba, ayahnya langsung menarik kepala
anaknya dan memukulinya sambil berteriak mengancam akan memotong rambutnya dan
mengurungnya kamar.
Shi Won yang
tak terima tuduhan tak berdasar itu langsung membela diri dan berkata kalau itu
adalah milik Yoon Jae. Yoon Jae menatap Shi Won. Mereka saling berpandangan, Yoon
Jae mengangguk dan megkonfirmasi
pernyataan Shi Won. Ayahnya terdiam sesaat mencerna perkataan kedua anaknya.
Tapi demi
melihat sikap keduanya, bapak pemarah namun penuh sayang ini akhirnya menarik
kedua kepala anak malang ini dan mengacak-acak rambut mereka bersamaan sambil
tetap mengomel, berteriak, dan meratapi diri. Ibunya hanya menatap mereka
dengan bosan kemudian sibuk dengan setirnya. >> backsound suara kambing
*Mbeeeekkk*
Sudah terang
di awal bahwa setelah lulus SMA, Hak Chan langsung terbang ke luar negeri untuk
melanjutkan studinya. Selama itu pula, sepasang kekasih ini tak pernah bertemu.
Mundur ke beberapa
tahun lalu, saat mereka masih SMA, dan Yoo Jung patah hati setelah ditolak
secara tak langsung oleh Yoon Jae, Hak Chan yang alergi wanita ini menyusulnya
dirinya yang tengah menangis di bis dan menghiburnya hingga tangisnya mereda.
Kebiasaan Yoo Jung adalah setiap kali dia bersedih, dia akan duduk di bangku
bis paling belakang sebelah kanan.
Hari ini,
rombongan bis akan berangkat menuju tempat pemakaman ayah Yoo Jung. Bebeapa
detik setelah bis melaju, ada yang memukul lambung bis, meminta berhenti, dan
kemudian bergabung ke dalam. Kawan-kawan Yoo Jung terperangah, tapi gadis itu
masih diliputi kesedihan, dan tak menyadari siapa yang naik ke atas, sampai
akhirnya, orang itu berjalan semakin dekat ke tempat duduknya, Yoo Jung menatap
ke arahnya, dan tangisnya semakin kencang saat melihat sosok itu adalah kekasihnya
Hak Chan yang akhirnya kembali.
Seperti 4
tahun lalu, seperti saat pertama kali lelaki itu muncul dan menghapus air
matanya. Hak Chan duduk di sampingnya, dengan ekspresi wajah kaku seperti
biasa, dan juga, selayaknya ia yang biasanya tak mengatakan apapun.. Hari itu,
kehilangan yang dialami oleh Yoo Jung, dibayar lunas oleh tuhan dengan
menghadirkan Hak Chan di sampingnya, dan membantu menghapus air matanya.
6. Tomorrow?. No! Right Now.
Adalah
pernyataan yang diungkapkan oleh Shi Won, ketika perjalanan pulang mereka dari
Busan ke Seoul di mobil pada Yoon Jae, dia mengungkapkan perasaannya yang
sesungguhnya pada Yoon Jae selama ini, dan meminta Yoon Jae segera menjawabnya.
Pada saat itulah, Yoon Jae baru tersadar, betapa bodohnya sikap dia selama ini,
kenapa dulu dia tak mengatakan dia menyukai Shi Won, dan memintanya menjadi
milik Yoon Jae. Ketimbang berkata begini dan begitu. Yoon Jae baru tersadar
kalau Shi Won adalah Shi Won yang selalu terbuka dan blak-blakan soal
perasaannya. Adalah bodoh sekali sikapnya memberikan kode-kode, sinyal-sinyal,
atau tanda pada Shi Won dan berharap Shi Won membaca kodenya, padahal ia hanya
perlu bilang “Shi Won, jadilah milikku”. Sesimpel itu, dan memang begitulah Shi
Won.
Untuk masalah
perasaan memang ada beberapa orang yang menjadi pusing dan kebingungan
menghadapi dan mengungkapkannya, dalam kasus Yoon Jae, dia bahkan harus
menunggu bertahun-tahun, dan pada akhirnya mengungkapkan di saat yang tak
tepat. Berbeda dengan Shi Won. Disaat hatinya berkata ia suka dengan Yoon Jae,
maka dikatakanlah olehnya langsung “Aku menyukaimu, tanpa basa-basi, tanpa
tedeng aling-aling.
Adegan
berpindah menuju Sung Jae, yang menjadi seorang
volunteer di daerah tempat tinggalnya Busan, ia tengah menemani seorang nenek
yang memintanya menganti lampu rumah. Tak diketahui Sung Jae sebelumnya jika
ternyata jarak rumah si nenek sangatlah jauh, Sung Jae langsung tersadar bahwa
dia berdosa selama beberapa hari ini mengabaikan si nenek yang telah datang
kepadanya berkali-kali untuk meminta bantuan, namun baru bisa memenuhinya hari
itu.
Nenek itu
hidup sendirian. Bahkan untuk mengganti lampu saja ia tak bisa meminta bantuan
siapapun karena tak ada seorang pun yang
hidup di dekat rumahnya sehingga ia perlu meminta bantuan Sung Jae. Di
perjalanan yang jauh itu, si nenek kelelahan dan meminta istirahat sejenak
kepada Sung Jae, Sung Jae yang berhati lembut akhirnya menggendong si nenek.
Sembari
berjalan, Sung Jae bertanya pada si nenek apakah dia tak memiliki satupun anak,
si nenek menjawab bahwa ia memiliki anak, yang tinggal jauh darinya, si nenek
kemudian melanjutkan ceritanya, bahwa ia tak ingin merepotkan anaknya, karena
merasa selama ini tak mampu memberikan apa yang diinginkan anaknya, tak bisa
memberikan pendidikan yang layak bagi anaknya, dan tak bisa membahagiakan
anaknya, Sung Jae membantah dan meminta si nenek agar tak berpikir seperti itu,
ia berkata “ Seharusnya ia bersyukur karena orang tuanya masih ada”. Tapi nenek
masih dalam keyakinannya bahwa ia tak
ingin menjadi beban bagi anaknya.
Si nenek
melanjutkan, saat itu saja ia sudah merepotkan Sung Jae dengan memintanya untuk
mengganti lampu. Sung Jae menatap sedih nenek itu dan berkata kalau beliau sama
sekali tak merepotkannya.
Masih
berkaitan dengan meninggalnya ayah Yoo Jung, Sung Jae mengingatkan si nenek,
bahwa ketidak mampuan dia untuk membahagiakan anaknya bukan berarti sang anak menjadi
berhak untuk mengabaikannya dan tak memperlakukannya dengan baik. Karena sekali
lagi, orang tua tetaplah orang tua, tak bisa ditukar dengan es Capuccino
Cincau, apalagi ditukar dengan segelas kopi.
8. Bunch of Sweet and Simple Quotes
“There is no
better time than now. That next time may never come, to talk about a next time
that may never come, where now is right in front of you life is too short for
that.” - Yoon Yoon Jae-
“If you give
up now because you feel too weak or lazy, there is no hope for a next time. If
you love her, the best time to love is now. Approach her before it’s too late.
You must confess now. You never know will happen in the future. ”. -Yoon Yoon Jae-
“Be nice to
your parent while you can”. -Mo Yoo Jung-
Jun Hee yang
magang di rumah sakit dimana kakaknya Yoon Jae, Tae Woong akan dioperasi
mengajak Shi Won untuk bersantai disana, dan meminta Shi Won untuk bercerita
jujur tentang perasaannya. Shi Won meminta maaf pada jun hee karena menyukai Yoon
Jae, ia merasa tak enak pada Jun Hee karena ialah yang tahu tentang perasaan
Jun Hee pada Yoon Jae sejak lama.
Tak ada yang
sadar, bahwa saat itu, beberapa langkah anak tangga ke atas, ada sepasang
telinga berdiri mendengar percakapan mereka. Mendengar satu persatu kenyataan
terkuak begitu saja. Yoon Jae terperangah mendengar fakta yang baru saja
didengarnya.
Ia shock
seketika. Tak pernah dipikirnya bahwa sikap joon hee menyukainya, dan tak
dipahaminya pula, bahwa Shi Won pun berada di posisi sulit, karena menyukai
orang yang sama dengan sahabatnya.
Manusia
seringkali melihat segala hal dari sudut pandang “Aku”. Jarang sekali mau
menurunkan ego, dan mencoba berpikir dari sudut lain, dari sisi Tukang Becak
misalnya, atau dari sisi mbak-mbak di iklan Mastin. *super OOT*
Fin.
Sudah.
Hatur nuhun.
0 komentar:
Posting Komentar
leave your footprint here ;)