“Cinta bukanlah cinta, sampai cinta itu
diungkapkan. Orang yang tidak bisa mengungkapkan cintanya adalah orang yang
terlalu mencintai dirinya sendiri.” (Zafran,
retelling by Ian to Genta at Ranu Kumbolo).
I have a good news. Lately i though it is a
great news. I got accepted for my final task, and it mean that i have an exam
for my Skripsi. Jujur sampe detik ini masih nggak percaya aja kalau guwe sebentar
lagi akan ujian skripsi, setelah membicarakan The Right Time beberapa jam
sebelumnya, mendadak skripsi guwe di acc. Apakah ini suatu keajaiban? Who knows?.
So, thats my daily report. Hari ini guwe
dapet pilem lumayan banyak dari Nunu, eniwey ada 2 Nunu di kampus peternakan,
yang satu perempuan tinggi, dan berkerudung, yang satu lagi sama-sama tinggi
tetapi lelaki tulen. Yang guwe ceritakan adalah Nunu nomer 2, guwe ngasi filem
Soe Hok Gie sama dia, dan dapet jackpot berupa The Hunger Games yang versi Blue
Ray buat memperbaiki koleksi guwe, G.I Joe yang atau bakal guwe liat atau kaga,
Skyfall, Easy A, Limitless, sama beberapa filem laennya yang guwe lupa judulnya
apa.
Right. Sepertinya guwe sedikit banyak
mengutuk flash disk Nunu deh, karena beberapa file yang dikopi ternyata isinya
kosongan semua, semacam Van Helsing, The Host, dan beberapa filem laen yang
harus guwe hapus karena Cuma ada cangkang dan gada isinya. *salahin
flashdisknya Nunu...!.
Well, off for dat topic, it doesnt matter and
i dont really mind actually.
Anyway, film yang sukses guwe tonton hanya
Easy A, dan sebenernya itu udah pernah guwe tonton sebelumnya. Am just love dat
movie, and i always have extra time to watch my favorite movie for the second J.
Next i watched 5 cm. Ini filem indonesia yang
bisa dibilang guwe kudet banget baru nonton filem ini sekarang. Ralat ya dude,
mungkin bukan baru bisa liat sekarang, but am afraid with my expecting for
these movie that based on novel. I have read this novel for a long time ago,
dan melihat fakta kalau banyak adaptasi novel ke film di indonesia seringkali
mengecewakan, guwe jadi takut untuk liat filemnya. Takut merasa kecewa kaya
guwe nonton filem Ayat-Ayat Cinta, Sang Pemimpi, atau Kambingjantan. Tapi pada
akhirnya guwe memutuskan untuk menonton filem inih.
Adegan dibuka
dengan narasi dari seorang Jupli alias Zafran (Herjunot Ali), sang pujangga dan
penyair yang tengah menceritakan satu persatu kawannya. Adalah Arial (Denny
Sumargo) si penggila kecap yang wajib membawa benda ini kemanapun mereka nongkrong,
yang paling ganteng dan banyak ditaksir cewe, tapi dianya sendiri nggak pernah
sekalipun pacaran. *pathetic*. Genta (Fedi Nuril) yang nampaknya menempatkan
diri sebagai sang pemimpin atau mungkin pengendali situasi dalam kelompok ini,
kemudian Ian (Igor ‘Saykoji’) si ikan paus yang selalu dikaitkan dengan
Indomie, Happy Salma, dan Filem Bokep, kemudian Riani, (Raline Shah) si cantik,
dan tentu saja paling cantik karena dia satu-satunya kaum hawa di tengah sarang
penyamun, yang paling perhatian dan mencintai kuah Indomie *entah kenapa*.
Setelah menghabiskan
waktu ‘menongkrong’ berlima seperti biasa yang berakhir dengan ngemil sate di
rumah Arial, (Zafran ngotot pengen kesana karena dia naksir berat adeknya Arial
yang bernama Arinda (Pevita Pearce) yang cantik dan agak ‘datar’ alias tak
tertebak). Genta saat itu mendadak mengejutkan seluruh kampiun karena mengajak
berpisah, katanya demi persahabatan mereka biar ga ngebosenin, dan demi
impian-impian mereka, awalnya tentu saja diprotes oleh semuanya, tapi akhirnya
mereka mengiyakan *ya ealaaah, kalo pada ga setuju judul filemnya bukan 5 cm,
tapi 5 menit. Adegan berakhir, dan mengalir menuju 1 bulan kemudian.
Disini mereka
semua menghadapi impian mereka, tantangan mereka, dan perjuangan mereka, tanpa
diperbolehkan saling menghubungi satu sama lain. Cuma buat guwe disini yang
keliatan masuk akal dan struggling for their dream Cuma Ian deh, dia yang nampak
usaha ngebut mati-matian demi ngejar sidang skripsi, ngerjain skripsi sambil
ngantuk, bikin indomie, ngantuk lagi, maenan pesawat, ngerjaen lagi, dst. Sedangkan
Arial, Riani, Genta, dan Zafran buat guwe ga terlalu terlihat perjuangan mereka
itu di sebelah mana, dan bagaimana. Mungkin struggling mereka adalah mecoba
menepis semua kegalauan dan gundah dalam hati *tsaaahh...!!.
Kemudian, di
tanggal yang ditentukan, 3 bulan dari waktu perjanjian, mereka kumpul di
Stasiun Senen. Kenapa disana? Karena Genta punya kejutan muat mereka ber-5,
wait, sekarang jadi ber-6 karena Arinda ikut dalam rombongan inih.
Genta membawa
mereka ke Jawa Timur, tepatnya ke Semeru, puncak gunung tertinggi di Jawa.
Disini
sesampainya di awal pendakian guwe terheran karena entah kenapa tiba-tiba
mereka bicara dengan gaya deklamasi. Sangat sulit dimengerti oleh logika,
karena awal cerita mereka berat di kisah persahabatan dan kedekatan mereka,
sama sekali tidak membahas tentang Nasionalisme, masih mending Zafran yang
memang pada dasarnya penyair bisa membuat kata-kata berirama dan
melengkung-lengkung, sedang sisanya malah terkesan kaya lagi baca narasi.
Pendakian dimulai,
tiba-tiba romansa menyeruak masuk. Kegalauan, dan sebagainya mendadak masuk di
detik-detik yang rasanya terlalu cepat. Buat guwe itu juga agak sulit
dimengerti. Tiba-tiba....
Mereka sampe
puncak.
Apaaaaaaaaa???
Mereka merentangkan
tangan dengan wajah berdebu, dekil, kucel, kusam, dst.
Waiiittttt....!!
Baru aja mereka naik dari danau Ranu Kumbolo
koq sudah nyampe puncak?
Guwe shock dan bingung kemudian ngecek
playernya.
Aaaaaarrghh...!! ternyata oh ternyata ada
part yang hilang dan ga bisa diputer.
Guwe diem
tak mampu berkata, sambil membiarkan filem nyala terus. Menyaksikan adegan
deklamasi yang lagi-lagi berulang dan looks so weird. Walopun itu tengah upacara
bendera, tetap aja terasa ‘wagu’. Kemudian mereka sudah turun dari puncak,
Genta sudah bersama Riani, dan Zafran bareng Arinda. Mereka sampe di Ranu
Kumbolo, untuk kemudian menyeret Genta ke danau dan melemparnya, kemudian
Zafran dan Arial menyusul, berenang di air yang sejuk (apa dingin yah?),
Lalu...
Peeettt....!
Mati. Tamat. Playernya sudah tidak memutar
apa-apa lagi.
Guwe muntah.
Terus? Apa yang guwe dapet dari filem tadi? Kalo
esensi dari filemnnya aja, konfliknya, dan endingnya guwe ga tahu, terus
intinya apaaaa???. Kenapa tidak kau bikin filenya kosong saja sekalian biar
guwe ga ngegantung gini perasaannya?.
Oh tuhaaannn...
Over all?
Apa? Over all? Guwe aja nonton ga genep, apa
bisa bilang over all?. Yaudah, finnally guwe mau bilang ini filem ngga bisa dibilang
sempurna, masih banyak adegan-adegan aneh dan nampak kaku buat dilihat. But for
me, this is the best indonesian adaptation movie. Plus lagi beautiful scene di
filem ini bikin ngiler dan merinding, and make us said “Frankly Indonesia beautiful as the way it is”.
Next time guwe harus nyari filemnya yang
bener kemudian menonton ulang filemnya untuk menggenapi bagian yang kosong.
See ya guys J
0 komentar:
Posting Komentar
leave your footprint here ;)