Berhari-hari aku menunggumu. maksudku, ya memang menunggumu. Kabarmu, senyumu, pesanmu, atau kejutanmu yang tiba-tiba muncul di muka pintuku, lalu dengan wajah innocentmu kau katakan "Halo...".
Belakangan ini aku banyak memimpikanmu, lebih banyak dan lebih sering dari biasanya, apalagi sehabis pertemuan terakhir kita dan kau tak pernah menyapaku lagi.
Aku ingin bertanya, adakah yang salah denganku? atau mungkin kau tak begitu ingin bersamaku? atau memang dari awal kau tak pernah ingin mengenalku?
Ah, banyak yang ingin kutanyakan padamu.
Paling tidak, ingin kutanyakan padamu, "Apakabar?"
Tapi bagaimana?
Maksudku, setelah hari itu, hari berhujan, dan jalan raya menjadi semrawut, tak terkendali dan licin, aku mendengarnya. Suara itu. suaramu, pekik tertahan itu, jerit memekakkan itu, dan derak benda bertubrukkan yang memenuhi pendengaranku.
Dan kabarmu.
Itu yang paling tak ingin kudengar hari itu dan selanjutnya.
Haruskah aku mengatakan aku tak siap mendengar kau pergi? bahkan sampai saat ini???
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hihi jangan-jangan ini kisah nyata berkedok flashfiction >:)
BalasHapusnulis terus yaa :D
waaa... mikochin leave a comment here...!! *sembahsujud*
BalasHapusmakasiiii... senengnya... tulisan semrawut ini dibaca sama penulis favorit wkwkwk